|64 Views | Health Insights
-dan-Defibrillator.jpg)
Dalam situasi darurat, seperti serangan jantung mendadak (Sudden Cardiac Arrest), waktu adalah hal yang sangat berharga. Alat seperti AED (Automatic External Defibrillator) dan defibrillator manual dapat menjadi penyelamat nyawa dengan mengembalikan irama jantung yang normal. Meski memiliki fungsi utama yang sama, keduanya memiliki perbedaan signifikan dalam fitur, penggunaan, dan siapa yang dapat mengoperasikannya.
1. AED (Automatic External Defibrillator)
AED adalah perangkat yang dirancang untuk digunakan oleh siapa saja, bahkan oleh orang yang tidak memiliki latar belakang medis. Alat ini dapat ditemukan di ruang-ruang publik seperti bandara, stadion, pusat perbelanjaan, atau kantor, sehingga mudah diakses saat terjadi situasi darurat.
Ciri - ciri utama AED:
-
Kemudahan Penggunaan: AED dilengkapi dengan instruksi suara atau visual yang membimbing pengguna langkah demi langkah.
-
Fungsi Otomatis: AED secara otomatis menganalisis irama jantung pasien dan menentukan apakah defibrilasi diperlukan.
-
Portabel dan Kompak: Desainnya ringan dan mudah dibawa ke lokasi kejadian.
-
Pengguna Awam: Tidak memerlukan pelatihan medis untuk pengoperasiannya, sehingga sangat cocok untuk respon cepat oleh orang awam.
Saat digunakan, AED akan meminta pengguna menempelkan elektroda ke dada pasien. Setelah itu, alat akan menganalisis irama jantung. Jika diperlukan, AED akan memberi instruksi untuk memberikan kejutan listrik atau secara otomatis melakukannya (pada model tertentu).
2. Defibrillator Manual
Berbeda dengan AED, defibrillator manual adalah alat medis yang digunakan oleh tenaga kesehatan terlatih seperti dokter, perawat, atau paramedis. Alat ini biasa ditemukan di rumah sakit, ambulans, atau fasilitas medis lainnya.
Ciri-ciri utama Defibrillator Manual:
-
Kontrol Penuh: Tenaga medis menentukan sendiri pengaturan energi kejut (joule) dan kapan kejutan listrik diberikan.
-
Fitur Tambahan: Biasanya dilengkapi dengan monitor EKG untuk menganalisis irama jantung, pacing jantung, dan cardioversion.
-
Memerlukan Pelatihan: Pengoperasiannya memerlukan keahlian medis karena membutuhkan analisis dan pengambilan keputusan manual.
-
Desain Lebih Besar: Ukurannya lebih besar dibandingkan AED, karena dirancang untuk penggunaan klinis yang lebih kompleks.
Tenaga medis akan terlebih dahulu membaca irama jantung pasien melalui monitor EKG. Berdasarkan analisis tersebut, mereka menentukan tingkat energi kejut yang diperlukan untuk defibrilasi. Proses ini memerlukan keahlian untuk memastikan kejutan listrik diberikan dengan aman dan efektif.
AED dan defibrillator manual adalah alat penting untuk menyelamatkan nyawa pada kasus henti jantung. AED dirancang agar mudah digunakan oleh masyarakat umum di situasi darurat di ruang publik. Sebaliknya, defibrillator manual memberikan fleksibilitas dan kontrol penuh kepada tenaga medis untuk menangani kasus - kasus yang lebih kompleks di lingkungan klinis.
Pemahaman tentang kedua alat ini sangat penting, baik bagi masyarakat umum maupun tenaga medis, karena setiap detik sangat berarti dalam situasi darurat. Dengan adanya AED yang tersedia secara luas di tempat - tempat umum, peluang menyelamatkan nyawa bisa meningkat secara signifikan.
Baca juga :
- Mengenal Automated External Defibrillator (AED)
- Menciptakan Lingkungan Aman untuk Jantung dengan AED
- Alasan AED Wajib ada di Event Maraton