|289 Views | G

Gerd ( Gastroesophageal Reflux Disease ) Foto Illustrasi Gerd (foto: istimewa)

Penyakit ini merupakan singkatan dari Gastroesophageal Reflux Disease, atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit refluks gastroesofageal. Gerd adalah kondisi kronis di mana asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan, menyebabkan iritasi dan peradangan. Gejala umum termasuk sakit jantung, regurgitasi (pengembalian isi lambung ke kerongkongan), nyeri dada, dan kesulitan menelan.

Perubahan gaya hidup dan penggunaan obat - obatan sering digunakan untuk mengelola Gerd. Modifikasi gaya hidup mungkin melibatkan menghindari makanan tertentu (seperti makanan pedas atau asam), makan dalam porsi kecil, tidak berbaring setelah makan, dan menjaga berat badan yang sehat.

 

Penyebab GERD

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) disebabkan oleh melemahnya otot cincin pangkal esofagus yang disebut sfingter esofagus bawah. Sfingter ini berfungsi sebagai pintu gerbang antara kerongkongan dan lambung, membantu mencegah asam lambung naik kembali ke kerongkongan. Jika sfingter ini tidak berfungsi dengan baik, atau jika tekanan di dalam perut meningkat, asam lambung dapat naik ke kerongkongan, menyebabkan gejala GERD.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk GERD meliputi:

  • Makanan dan Minuman: Makanan pedas, berlemak, atau asam dapat merangsang produksi asam lambung. Minuman berkafein, minuman beralkohol, dan minuman berkarbonasi juga dapat meningkatkan risiko GERD.

  • Obesitas: Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan tekanan di perut, menyebabkan asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan.

  • Kehamilan: Perubahan hormon selama kehamilan dan tekanan pada perut oleh rahim yang membesar dapat menyebabkan gejala GERD pada wanita hamil.

  • Merokok: Nikotin dalam rokok dapat melemahkan sfingter esofagus bawah dan merangsang produksi asam lambung.

  • Pola Makan dan Kebiasaan Makan: Makan dalam porsi besar, makan terlalu cepat, atau berbaring setelah makan dapat meningkatkan risiko GERD.

  • Kondisi Medis Lain: Beberapa kondisi medis seperti hernia hiatal, diabetes, dan skleroderma dapat meningkatkan risiko GERD.

  • Genetika: Faktor genetika juga dapat memainkan peran dalam kecenderungan seseorang mengalami GERD.

 

Gejala GERD

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dapat menunjukkan berbagai gejala, dan intensitasnya dapat bervariasi antar individu. Beberapa gejala umum GERD meliputi:

  • Heartburn (Sakit Jantung): Merupakan sensasi terbakar di dada, yang dapat naik ke tenggorokan. Gejala ini terutama dirasakan setelah makan atau saat berbaring.

  • Regurgitasi: Pengembalian isi lambung ke dalam kerongkongan, yang bisa disertai rasa asam di mulut.

  • Nyeri Dada: Gejala ini dapat mirip dengan nyeri dada yang terkait dengan masalah jantung, dan sering kali memburuk setelah makan.

  • Sulit Menelan: Adanya rasa tersendat atau kesulitan menelan, yang disebut disfagia, karena kerongkongan mengalami iritasi.

  • Batuk Kering atau Tenggorokan Iritasi: Asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat menyebabkan batuk kering atau rasa iritasi pada tenggorokan.

  • Peningkatan Saliva: Beberapa orang mengalami peningkatan produksi saliva atau rasa pahit di mulut.

  • Pertanda Malam Hari: Gejala GERD sering kali lebih buruk pada malam hari atau saat berbaring, karena posisi ini memungkinkan asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan.

  • Pernapasan Berbunyi: Beberapa orang mungkin mengalami pernapasan berbunyi atau bersiul akibat iritasi pada saluran pernapasan.

Jika Anda mengalami gejala - gejala ini secara teratur, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Pemeriksaan dan diagnosis yang tepat diperlukan untuk merancang rencana pengelolaan atau pengobatan yang sesuai.

 

Pengobatan GERD

Pengobatan untuk Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup, pengobatan, dan dalam beberapa kasus, pilihan prosedur medis. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umum digunakan:

  1. Perubahan Gaya Hidup:

    • Diet: Hindari makanan yang memicu refluks, seperti makanan pedas, berlemak, dan asam. Konsumsi makanan dalam porsi kecil dan hindari makan sebelum tidur.

    • Pola Makan: Hindari makan terlalu cepat, dan berbaring setidaknya 2-3 jam setelah makan.

    • Berat Badan Ideal: Jika obesitas atau kelebihan berat badan menjadi faktor risiko, usahakan untuk mencapai dan menjaga berat badan ideal.

  2. Obat - obatan:

    • Inhibitor Pompa Proton (PPI): Mengurangi produksi asam lambung. Contoh obatnya adalah omeprazole, lansoprazole, dan esomeprazole.

    • Blocker H2: Mengurangi produksi asam, seperti ranitidine dan famotidine.

    • Antasida: Memberikan bantuan cepat dengan menetralkan asam lambung.

  3. Obat Prokinetik:

    • Digunakan untuk meningkatkan gerakan saluran pencernaan dan mengurangi refluks. Contoh obatnya adalah metoclopramide.

  4. Operasi:

    • Fundoplikasi: Prosedur pembedahan untuk memperkuat sfingter esofagus bawah dan mencegah refluks. Ini mungkin dipertimbangkan jika pengobatan lain tidak berhasil.

  5. Endoskopi:

    • Endoskopi esofagus: Dokter dapat menggunakan endoskopi untuk memeriksa kerusakan pada esofagus dan melakukan perbaikan jika diperlukan.

 

Pilihan pengobatan tergantung pada tingkat keparahan gejala dan respons terhadap pengobatan. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan merencanakan rencana pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda. Jangan mengabaikan gejala GERD yang kronis, karena dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak diobati.